![]() |
Pembantuku Sayang |
Ketika aku kembali dari kantor, kulihat istriku sedang mengobrol dengan seorang wanita berumur kira-kira 29 tahunan, di sebelahnya ada gadis umurnya 13 tahun. Setelah kuletakan tas kantor di kamar tidur aku ikut nimbrung mengobrol dengan istriku dan tamunya yg aku ketahui wanita itu adalah calon pembantu di rumah kami, dia seorang janda cerai dengan seorang anak gadisnya.
Malam itu aku berembuk tentang perempuan itu, sebenarnya istriku agak keberatan jika perempuan itu mengajak anaknya untuk bekerja di rumah kami yg dikatakan istriku sebagai beban tambahan, tapi setelah kuyakinkan akhirnya istriku setuju juga kalau wanita itu beserta anak gadisnya bekerja sebagai pembantu di rumah kami, alasanku karena istriku sedang sibuknya mengurus bisnis MLM-nya dan karena pernikahan kami yg sudah 6 tahun belum mendapatkan keturunan, sehingga anak gadis itu bisa kami anggap sebagai anak kami sendiri.
“Terima kasih Pak, Ani senang sekali bisa meneruskan sekolah, terima kasih Pak, Bu.”
“Ya, tapi kamu harus rajin belajar, dan kalau sudah pulang sekolah kamu harus bantu ibumu,” kata istriku sambil berpelukan dengan Ani, kulihat di wajah ibunya Ningsih pun terlihat keceriaan.
Enam bulan berlalu sejak Ningsih dan Ani bekerja di rumah kami, aku berbuat mesum dengan Ningsih sewaktu istriku pergi keluar kota untuk urusan bisnis MLM-nya. Hari itu hari Sabtu, malamnya istriku ke Jogja dengan kereta api, karena Sabtu kantor libur sementara Ani sedang sekolah, aku melihat Ningsih yg sedang berdiri di dapur membelakangi aku yg sedang masuk dapur selesai mencuci mobil.
Aku tertegun melihat tubuh Ningsih yg mengunakan baju terusan warna hijau muda agak tipis sehingga terbayanglah tali BH dan celana dalam yg keduanya berwarna hitam menutupi bagian vitalnya. Pantatnya yg padat dan seksi serta betisnya yg terbungkus kulit putih dan mulus bentuknya seperti bunting padi, membuat aku merasa tersedak seakan-akan ludahku tdk bisa tertelan karena membayangi tubuh Ningsih yg indah itu.
Tiba-tiba Ningsih berbalik dan kaget melihatku yg baru saja membayanginya.
LIHAT JUGA : Cerita Sex: Permainan Anal Seks
“Eh.. Bapak, ngagetin saya aja.”
“Eh.. Ningsih boleh saya duduk, saya mau tau kenapa kamu cerai, kamu mau menceritakannya ke saya.”
“Eng.. gimana yach.. saya malu Pak, tapi bolehlah.”
Akhirnya aku duduk di meja makan sementara Ningsih menceritakan sejarah hidupnya sambil terus bekerja mempersiapkan makan siang untukku. Akhirnya aku baru tahu kalau Ningsih itu menikah di usia 15 tahun dan setahun kemudian dia melahirkan Ani dan dia bercerai 2 tahun yg lalu karena suaminya yg suka mabuk, judi, main perempuan dan suka memukulinya dan pernah hampir membunuhnya dimana di punggung Ningsih ada bekas tusukan pisau. Aku tertegun mendengar ceritanya sementara Ningsih seakan mau menangis membayangi jalan hidupnya kulihat itu di matanya sewaktu dia bercerita. Karena rasa kasihanku kurangkul tubuh Ningsih.
“Sudah, Ningsih.. jangan nangis.. sekarang kamu sudah bisa hidup tenangan di sini bersama anakmu, lupakan masa lalumu yah.. saya minta maaf kalau membuat kamu harus mengingat lagi.”
“Iya.. Pak.. saya dan Ani.. berterima kasih sekali.. Bapak dan Ibu baik.. pada kami.”
“Ya.. sudah.. sudah.. jangan nangis terus.. nanti Ani pulang.. kamu malu deh.. kalau lagi nangis.”
Ningsih menangis dalam rangkulanku, air matanya membasahi kausku tapi tiba-tiba aku merasakan sesuatu yg lain karena kedua payudaranya menyentuh dadaku yg membuat gejolak nafsuku meningkat. Tanpa sengaja bibir mungilnya kucium lembut dengan bibirku yg membuat dirinya gelagapan.
“Aaahh.. Bapak!”
Tapi kemudian dia membalas kecupanku dengan lembut sekali diikuti lidahnya memainkan lidahku yg membuat aku makin berani.
“Pak.. sshh..”
“Kenapa.. Ningsih..?”
“Tdk.. Pak.. aahh.. tdk apa-apa.”
Kuangkat roknya dan aku meraba pantatnya yg padat lalu kutarik ke bawah celana dalam warna hitam miliknya sampai dengkul, pahanya kuraba dengan lembut sampai memeknya tersentuh. Ningsih mulai bergelinjang, dia membalas dengan agresif leher dan pipiku diciuminya. Kumainkan jariku pada memeknya, kutusuk memeknya dengan jari tengah dan telunjukku hingga agak basah.
“Aahh.. Pak, enak sekali deh..”
“Ningsih.. bagaimana kalau kita lanjutkan di kamar yuk!”
“Saya sih mau aja Pak, tapi kalau nanti Ibu tahu gimana?”
“Ah, ibu kan lagi ke Jogja, lagian pulangnya kan hari Selasa.”
Kugiring Ningsih ke kamarku, sampai di kamar kututup pintu dan langsung kusuruh Ningsih untuk menanggalkan pakaiannya. Ningsih langsung menuruti keinginanku, seluruh pakaiannya ditanggalkan hingga dia bugil. Yg agak mengagetkanku karena keindahan tubuh Ningsih. Ningsih dengan tinggi sekitar 167 cm memiliki payudara yg kencang dan montok dibungkus kulit yg putih bersih, pinggul Ningsih agak kurus tapi pantatnya yg agak besar dan padat dan memeknya yg ditutupi bulu halus agak lebat membuat aku seakan tak bisa menelan ludahku. Kalau aku beri nilai tubuh Ningsih nilainya 9.9, hampir sempurna.
“Bapak, baju Bapak juga dilepas dong, jangan bengong melihat tubuh Ningsih.”
“Ningsih, tubuhmu indah sekali, lebih indah dari tubuhnya Ibu.”
“Ah, masa sih Pak?”
“Iya Ningsih, tahu gitu kamu saja yg jadi Ibu deh.”
“Ah Bapak bisa aja nih, tapi kalau Ningsih jadi Ibu, Ningsih mau kok jadi ibu ke dua.”
Aku langsung menanggalkan pakaianku dan penisku langsung menegang keras dan panjang.Kuhampiri Ningsih langsung kucium bibirnya, dipeluknya diriku, tangan mungil Ningsih meraba-raba penisku lalu dikocoknya, liang memeknya kusentuh dan kutusuk dengan jariku, kami bergelinjang bersamaan. Kami menjatuhkan diri kami bersamaan ke tempat tidur.
“Ningsih, kamu mau nggak hisap kontol saya, saya jilatin memekmu.” Ningsih hanya mengangguk lalu kami ambil posisiseperti angka 69.
Penisku sudah digenggam oleh tangannya lalu dijilat, dikulum dan disedot sambil sesekali dikocoknya. Liang memeknya sudah kujilati dengan lembutnya, memeknya mengeluarkan bau harum yg wangi, sementara rasanya agak manis terlebih ketika biji klitorisnya terjilat.
Hampir 10 menit lamanya ketika keluar cairan putih kental membasahi liang memek itu dan langsung kutelan habis.
“Aaakkhh.. aakkhh..” rintih Ningsih kelojotan.
Tapi lima menit kemudian giliranku yg kelojotan karena keluarlah cairan dari penisku membasahi muka Ningsih tapi dengan sigap dia langsung menelannya hingga habis lalu “helm” dan batangku dibersihkan dengan lidahnya.
Setelah itu, aku merubah posisi, aku berbaring sedangkan Ningsih kusuruh naik dan jongkok di selangkanganku. Lalu tangannya menggapai penisku diarahkannya ke liang memeknya. Tapi karena liang memek Ningsih yg sudah lama tdk dimasukan sesuatu jadi agak sempit sehingga aku bantu dengan beberapa kali sodokkan, baru memek itu tertembus penisku.
“Blleess.. jlebb.. jlebb..”
Kulihat Ningsih agak menahan nafas karena batangku yg besar dan panjang telah menembus memeknya.
“Heekkh.. heekkhh.. punya Bapak gede banget sih Pak, tapi Ningsih suka deh rasanya sodokannya sampai perut Ningsih.”
Tubuh Ningsih di naik-turunkan dan sesekali berputar, sewaktu berputar aku merasakan kenikmatan yg luar biasa.
“Ningsih, memekmu enak sekali, batangku kayak diperas-peras oleh memekmu, terus terang Bapak barukali ini merasakannya, Ningsih enak sekali.”
Setengah jam kemudian, aku merubah posisi dengan penisku masih di dalam memek Ningsih, aku duduk dan kuangkat tubuhnya lalu kubaringkan tubuhnya di sisi tempat tidur dengan kaki Ningsih menggantung, kutindih tubuhnya sehingga membuat sodokan batangku jadi lebih terasa ke dalam lagi masuk memeknya. “Aakkhh.. aakkhh, iya Pak enakan gaya gini.” Payudaranya yg mancung dan puting yg agak kecoklatan sudah kucium, kuremas dan kusedot-sedot.
15 menit kemudian kami ganti posisi lagi, kali ini kami berposisi doggie style, liang memeknya kusodok oleh penisku dari belakang, Ningsih menungging aku berdiri. Kuhentak batanganku masuk lebih dalam lagi ke memek Ningsih yg hampir 15 menit kemudian Ningsih menjerit.
“Akhh.. arghh.. sshh.. sshh.. Pak, Ningsih keluar nih.. akhh.. sshh..”
Keluarlah cairan dari memek Ningsih yg membasahi dinding memeknya dan penisku yg masih terbenam di dalamnya sehingga memek itu agak licin, tetapi tetap kusodok lebih keras lagi hingga 10 menit kemudian aku pun berasa ingin menembakkan cairan dari kemaluanku.
“Ningsih.. saya juga mau keluar nih, saya nggak tahan nich..”
” Pak.. tolong keluarin di dalam saja yach.. saya mau cobain kehangatan cairan Bapak, dan saya kan siap jadi ibu ke dua.”
“Crreeett.. creeeett.. crreeeett..”
Keluarlah cairanku membasahi liang memek Ningsih, karena banyaknya cairanku hingga luber dan menetes ke paha Ningsih. Lalu kulepaskan batangku dari memeknya dan kami langsung terbaring lemas tak berdaya di tempat tidurku.
Lima menit kemudian yg sebenarnya kami ingin istirahat, aku mendengar suara dari luar kamar tidurku kami tersentak kaget. Setelah berpakaian kusuruh Ningsih keluar kamarku yg rupanya Ani ada di ruang makan, ia mencari-cari ibunya setelah pulang dari sekolah.
Malam harinya setelah Ani tertidur, Ningsih kembali masuk kamarku untuk bermain lagi denganku.Keesokan harinya, setelah aku terbangun kira-kira jam 8:00, aku keluar kamar, aku mencari Ningsih, tapi yg aku temukan hanya Ani yg sedang menonton TV. Rupanya aku baru ingat kalau setiap Minggu pagi Ningsih pergi berbelanja ke pasar. Setelah mandi kutemani Ani yg lagi duduk di karpet sambil nonton TV, sedangkan aku duduk di sofa.
Ani
“Ani.. gimana sekolah kamu..?”
“Baik.. Pak, bulan depan mau ulangan umum.”
“Mmm, ya sudah kamu belajar yg rajin yah, biar Mama kamu bangga.”
“Pak, boleh Ani tanya?”
“Iya, kenapa Ani..?”
“Kemarin ketika Ani pulang sekolah, Ani kan cari Mama, pas buka kamar Bapak, Ani melihat Bapak dan ibu Ani lagi telanjang terus Ani lihat kalau Ibu ditusuk dari belakang oleh Bapak, ada sesuatu punya Bapak yg masuk ke badan ibu Ani, maaf yach Pak, Ani lancang. Mama Ningsih lagi diapain sih sama Bapak?”
“Hah, jadi kamu sempat melihat mama kamu telanjang.”
“Iya Pak, tapi kok Mama Ningsih kayaknya keenakan ya. Ani jadi kepingin dech Pak kayak Mama.”
“Kamu serius Ni, kamu mau?”
“Iya Pak.”
Kulihat Ani tersipu malu menjawab pertanyaan dariku, sementara rok Ani tersingkap sewaktu duduknya bergeser sehingga pahanya yg putih mulus terlihat oleh mataku yg membuatku langsung terangsang. Kusuruh Ani duduk dipangkuanku.
“Din, sini kamu duduk di pangkuan Bapak.” Ketika dia berdiri menujuku, aku membuka resleting celanaku dan kuturunkan celana dalamku lalu aku keluarkan penisku yg sudah menegang, sebelum Ani duduk di pangkuanku, celana dalamnya yg putih kuturunkan sehingga memek mungil putih bersih milik gadis 13 tahun ini ada di hadapanku, menyerbakan aroma wangi dari memeknya yg ditutupi bulu-bulu halus dan langsung kujilat dengan lembutnya.
Ani memegang kepalaku dan tubuhnya menggeliat.
“Aahh.. sshh.. enak.. Pak.. enak.. sekali.”
Memek Ani yg masih muda itu terus kujilati karena rasanya manis-manis asin. Ani pun makin menggelinjang, kira-kira 15 menit kemudian Ani mulai kejang-kejang dan basahlah memek itu oleh cairan putih kental yg mengalir dari dalamnya, cairan itu kutelan habis.
“Arghh.. arghh.. Pak.. ada yg keluar nih dari tempat pipis Ani.. eugh.. eugh..”
Tubuh Ani langsung lemas tak berdaya, cepat-cepat kupangku. Penisku yg mengeras kutempelkan pada memeknya yg basah. Tubuhnya kuarahkan menghadapku, kemeja yg dikenakan Ani kulepas sehingga dia hanya mengenakan baju dalam yg tipis, payudara Ani yg baru tumbuh terbayang di balik baju dalamnya, segera kulepaskan sehingga di mukaku terpampang payudara yg baru mekar ditutupi kulit yg putih bersih dengan dihiasi puting agak kemerahan, langsung kulahap dengan mulutku, kujilat, kugigit dan kuhisap membuat payudara itu makin mekar dan putingnya mengeras.
Sementara Ani masih tertidur lemas, penisku yg sudah menempel di memek Ani yg masih sempit kusodok-sodokkan agar masuk, karena memek itu masih sempit. kumasukkan dua jariku untuk membuka memek itu, kuputar kedua jariku sehingga memek itu agak melebar dan basah.
Setelah itu kucoba lagi dengan penisku, kusodok masuk batanganku ke memek Ani yg memang masih sempit juga walau sudah dibantu dengan jariku. Akhirnya setelah 20 kali kutekan, masuklah helm batanganku ke memek Ani. Ani mulai tersadar ketika batanganku menyodok memeknya, dia pun menjerit kesakitan.
“Aawww.. aawww.. sshh.. sshh.. aawww.. sakit.. Pak.. tempat pipis Ani.. sakit awww.. aawww..”
“Sabar sayang nanti juga enak.. sayang.. tahan ya.. sakitnya.. sebentar lagi..”
Kupeluk tubuh Ani dan menenangkannya dari rasa sakit pada memeknya yg robek oleh batang kemaluan milikku yg memang super besar.
Sodokkanku pada memek Ani kupelankan untuk mencegah rasa sakitnya dan 10 menit kemudian Ani merasakan kenikmatan.
“Ahh.. ahh.. arghh.. arghh.. Pak.. sekarang tdk sakit lagi.. sekarang jadi enak.. aahh.. aahh..”
Hampir setengah jam kemudian tiba-tiba Ani mengeluarkan cairan dari dalam memeknya berikut tetesan darah dan langsung tubuh Ani lemas lagi dan pingsan. Aku menyadari bahwa aku telah membobol keperawanan Ani.
“Arrgghh.. Pak.. Ani.. lemmaass..”
Aku agak kaget juga melihat keadaan Ani yg secara tdk sengaja kubobol keperawanannya tapi karena sudah tanggung terus kugenjot batanganku ke memek Ani yg sudah berdarah dan 10 menit kemudian keluarlah cairan dari dalam kemaluanku dengan derasnya memasuki liang memek Ani hingga meluber ke pahaku.
“Crreet.. crreett..”
“Ssshh.. sshh.. aahh.. nikmatnya.. memek.. gadis ini..”
Langsung kucabut penisku dari memek Ani dan kubaringkan Ani yg pingsan di Sofa. Sisa cairan yg masih melekat di memek Ani kulap dengan bajuku hingga bersih, sesudah itu kurapihkan baju Ani dan kubiarkan Ani yg masih pingsan tidur di Sofa, aku lalu membersihkan badanku sendiri.
10 menit kemudian Ningsih, datang dari pasar sedangkan aku sudah memakai baju lagi. Sejaksaat itu aku bermain dengan istriku jika dia di rumah, dengan Ningsih jika istriku pergi dan Ani sekolah, dengan Ani jika istriku dan Ningsih pergi.
Aku lakukan sudah hampir 3 bulan lamanya merasakan kenikmatan dari 3 perempuan di dalam rumahku, tapi sekarang aku sedang bingung sebab 2 bulan yg lalu akhirnya istriku mendapat berkah bahwa dia hamil 1 bulan, 1 bulan yg lalu giliran Ningsih yg kuketahui bahwa dia hamil 1 bulan juga, sekarang 2 minggu yg lalu setelah kuajak Ani periksa ke dokter dia sudah hamil 1 bulan juga. Duuhh.. pusingnya aku!
0 komentar:
Post a Comment